Trobleshoot di Tower STT PT.Pasifik Satelit Nusantara
Hari itu selasa siang setelah makan siang dengan kondisi lapangan yang Panas dan terik yang sangat menyengat pekerjaaan sudah menunggu siap2 pake alat pelindung harnes/safetybelt Bismilahirohmannurohim....langsung naik
Stag demi stag gw panjat akhirnya sampai juga ke stag antena yang terpasang Minum dulu ah,,,gek..gekk.gekk mantab surantab..liat jarak yang gw panjat dari bawah..
ternyata welh-weleh tinggi juga tower yang gw panjat Wkkwkk.. tapi gw ga nyesel pemandangan dari ketinggian ini bikin gw lupa sama tu bawah tingginya sebarapa meter asyik aja broo..lanjutkan photo2 lagi ah...
indah banget kota cikarang dilihat dari atas ya...
hehe Narcis dikit walaupun diatas tower biar keren brooo...!!nah perlu diingat buat temanteman semua jangan pernah takut sama ketinggian karena ketinggian itu obat untuk menguji adrenalin kita badan jadi sehat kuat dan pintar broo...!!gw juga dulu awal2nya takut juga cih naik2 tower tapi pas udah nyobain sekali malah ketagihan...
ingat ya jangan disalah gunakan Tower STT itu ya...!!udah dulu gw mau kerja lagi kalau Photo2 & cerita mulu kapan mau kelar kerjaan gw ya....
ok semuanya gw kerja dulu ya ntar gw bagi2 lagi pengalaman gw ok..!!
Semua kejadian baik dan besar yang kita sebut keberhasilan itu, dicapai dengan menaiki tangga yang dibangun dari penyelesaian-penyelesaian dari rencana-rencana kita.
Juni 23, 2009
Juni 19, 2009
KATAKAN CINTA SEBELUM TERLAMBAT
KATAKAN CINTA SEBELUM TERLAMBAT
Borju dan Lia sedang duduk bersama di
taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya
memandang langit sementara sahabat-sahabat
mereka sedang asik bercanda ria dengan
kekasih mereka masing-masing.
Lia: “Duh bosen banget. Aku harap aku juga
punya pacar yang bisa berbagi waktu
denganku.”
Borju: “kayaknya cuma tinggal kita berdua deh
yang jomblo. cuma kita berdua saja yang tidak
punya pasangan sekarang.”
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa
saat)
Lia: “Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita
adakan permainan yuk?”
Borju: “Eh? permainan apaan?”
Lia: “Eng… gampang sih permainannya.
Kamu jadi pacarku dan aku jadi pacarmu tapi
hanya untuk 100 hari saja. gimana
menurutmu?”
Borju: “baiklah… lagian aku juga gada rencana
apa-apa untuk beberapa bulan ke depan.”
Lia: “Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya…
semangat dong! hari ini akan jadi hari pertama
kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?”
Borju: “Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak
salah film The Troy lagi maen deh. katanya film
itu bagus”
Lia: “OK dech…. Yuk kita pergi sekarang. tar
pulang nonton kita ke karaoke ya… ajak aja
adik kamu sama pacarnya biar seru.”
Borju : “Boleh juga…”
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan
Borju mengantarkan Lia pulang malam
harinya)
Hari ke 2:
Borju dan Lia menghabiskan waktu untuk
ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan
musik yang syahdu membawa hati mereka
pada situasi yang romantis. Sebelum pulang
Borju membeli sebuah kalung perak berliontin
bintang untuk Lia.
Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk
mencari kado untuk seorang sahabat Borju.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan,
mereka memutuskan membeli sebuah miniatur
mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat
duduk di foodcourt, makan satu potong kue
dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.
Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Borju.
Tangan Lia terasa sakit karena tidak pernah
bermain bowling sebelumnya.
Borju memijit-mijit tangan Lia dengan lembut.
Hari ke 25:
Borju mengajak Lia makan malam di Ancol
Bay.
Bulan sudah menampakan diri, langit yang
cerah menghamparkan ribuan bintang dalam
pelukannya.
Mereka duduk menunggu makanan, sambil
menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali
lagi Lia memandang langit, dan melihat
bintang jatuh.
Dia mengucapkan suatu permintaan dalam
hatinya.
Hari ke 41:
Borju berulang tahun. Lia membuatkan kue
ulang tahun untuk Borju.
Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih
sayang yang mulai timbul dalam hatinya
membuat kue buatannya itu menjadi yang
terbaik. Borju terharu menerima kue itu, dan
dia mengucapkan suatu harapan saat meniup
lilin ulang tahunnya.
Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar,
makan es krim bersama,dan mengunjungi
stand permainan. Borju menghadiahkan
sebuah boneka teddy bear untuk Lia, dan
Lia membelikan sebuah pulpen untuk Borju.
Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran
lampion dari negeri China.
Lia penasaran untuk mengunjungi salah satu
tenda peramal.
Sang peramal hanya mengatakan “Hargai
waktumu bersamanya mulai sekarang”
kemudian peramal itu meneteskan air mata.
Hari ke 84:
Borju mengusulkan agar mereka refreshing ke
pantai.
Pantai Anyer sangat sepi karena bukan
waktunya liburan bagi orang lain.
Mereka melepaskan sandal dan berjalan
sepanjang pantai sambil berpegangan tangan,
merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air
laut menghempas kaki mereka.
Matahari terbenam, dan mereka berpelukan
seakan tidak ingin berpisah lagi.
Hari ke 99:
Borju memutuskan agar mereka menjalani hari
ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di
sebuah taman kota.
Lia: “Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar. ”
Borju: “Tunggu disini, aku beli minuman dulu.
Aku mau teh botol saja. Kamu mau minum
apa?”
Lia: “Aku saja yang beli. kamu kan
capek sudah menyetir keliling kota hari ini.
Sebentar ya” Borju mengangguk. kakinya
memang pegal sekali karena dimana-mana
Jakarta selalu macet.
15:30 pm
Borju sudah menunggu selama 10 menit and
Lia belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari
menghampirinya dengan wajah panik.
Borju : “Ada apa pak?”
Orang asing: “Ada seorang perempuan
ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu adalah
temanmu” Borju segera berlari bersama
dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik
matahari siang,tergeletak tubuh Lia
bersimbah darah, masih memegang botol
minumannya.
Borju segera melarikan mobilnya membawa
Lia ke rumah sakit terdekat.
Borju duduk diluar ruang gawat darurat selama
8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh
penyesalan.
23:53 pm
Dokter: “Maaf, tapi kami sudah mencoba
melakukan yang terbaik.
Dia masih bernafas sekarang tapi Yang kuasa
akan segera menjemput.
Kami menemukan surat ini dalam kantung
bajunya.”
Dokter memberikan surat yang terkena
percikan darah kepada Borju dan dia segera
masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat
Lia. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai.
Borju duduk disamping pembaringan Lia dan
menggenggam tangan Lia dengan erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter
merasakan torehan luka yang sangat dalam di
hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah
matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah
ditulis Lia untuknya.
Dear Borju…
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui
bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak
bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan
dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria
yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk
mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya
berharap kita bisa memperpanjang hari-hari
kebersamaan kita. Sama seperti yang
kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di
pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam
hidupku. Aku ingin menjadi kekasihmu
selamanya dan berharap kau juga bisa berada
disisiku seumur hidupku. Borju, aku sangat
sayang padamu.
23:58
Borju: “
Lia, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang
kita lalui baru berjumlah 99 hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati
puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Lia. Jangan
tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian!
Lia, Aku sayang kamu…!”
Jam dinding berdentang 12 kali…. jantung Lia
berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100…
So Guyz.........
Katakan perasaanmu pada orang yang kau
sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan
terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan
meninggalkanmu dan tidak akan pernah
kembali lagi.
True love doesn’t have a happy ending,
because true love never ends….
(senang) (damai ahh)
Borju dan Lia sedang duduk bersama di
taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya
memandang langit sementara sahabat-sahabat
mereka sedang asik bercanda ria dengan
kekasih mereka masing-masing.
Lia: “Duh bosen banget. Aku harap aku juga
punya pacar yang bisa berbagi waktu
denganku.”
Borju: “kayaknya cuma tinggal kita berdua deh
yang jomblo. cuma kita berdua saja yang tidak
punya pasangan sekarang.”
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa
saat)
Lia: “Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita
adakan permainan yuk?”
Borju: “Eh? permainan apaan?”
Lia: “Eng… gampang sih permainannya.
Kamu jadi pacarku dan aku jadi pacarmu tapi
hanya untuk 100 hari saja. gimana
menurutmu?”
Borju: “baiklah… lagian aku juga gada rencana
apa-apa untuk beberapa bulan ke depan.”
Lia: “Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya…
semangat dong! hari ini akan jadi hari pertama
kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?”
Borju: “Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak
salah film The Troy lagi maen deh. katanya film
itu bagus”
Lia: “OK dech…. Yuk kita pergi sekarang. tar
pulang nonton kita ke karaoke ya… ajak aja
adik kamu sama pacarnya biar seru.”
Borju : “Boleh juga…”
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan
Borju mengantarkan Lia pulang malam
harinya)
Hari ke 2:
Borju dan Lia menghabiskan waktu untuk
ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan
musik yang syahdu membawa hati mereka
pada situasi yang romantis. Sebelum pulang
Borju membeli sebuah kalung perak berliontin
bintang untuk Lia.
Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk
mencari kado untuk seorang sahabat Borju.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan,
mereka memutuskan membeli sebuah miniatur
mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat
duduk di foodcourt, makan satu potong kue
dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.
Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Borju.
Tangan Lia terasa sakit karena tidak pernah
bermain bowling sebelumnya.
Borju memijit-mijit tangan Lia dengan lembut.
Hari ke 25:
Borju mengajak Lia makan malam di Ancol
Bay.
Bulan sudah menampakan diri, langit yang
cerah menghamparkan ribuan bintang dalam
pelukannya.
Mereka duduk menunggu makanan, sambil
menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali
lagi Lia memandang langit, dan melihat
bintang jatuh.
Dia mengucapkan suatu permintaan dalam
hatinya.
Hari ke 41:
Borju berulang tahun. Lia membuatkan kue
ulang tahun untuk Borju.
Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih
sayang yang mulai timbul dalam hatinya
membuat kue buatannya itu menjadi yang
terbaik. Borju terharu menerima kue itu, dan
dia mengucapkan suatu harapan saat meniup
lilin ulang tahunnya.
Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar,
makan es krim bersama,dan mengunjungi
stand permainan. Borju menghadiahkan
sebuah boneka teddy bear untuk Lia, dan
Lia membelikan sebuah pulpen untuk Borju.
Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran
lampion dari negeri China.
Lia penasaran untuk mengunjungi salah satu
tenda peramal.
Sang peramal hanya mengatakan “Hargai
waktumu bersamanya mulai sekarang”
kemudian peramal itu meneteskan air mata.
Hari ke 84:
Borju mengusulkan agar mereka refreshing ke
pantai.
Pantai Anyer sangat sepi karena bukan
waktunya liburan bagi orang lain.
Mereka melepaskan sandal dan berjalan
sepanjang pantai sambil berpegangan tangan,
merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air
laut menghempas kaki mereka.
Matahari terbenam, dan mereka berpelukan
seakan tidak ingin berpisah lagi.
Hari ke 99:
Borju memutuskan agar mereka menjalani hari
ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di
sebuah taman kota.
Lia: “Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar. ”
Borju: “Tunggu disini, aku beli minuman dulu.
Aku mau teh botol saja. Kamu mau minum
apa?”
Lia: “Aku saja yang beli. kamu kan
capek sudah menyetir keliling kota hari ini.
Sebentar ya” Borju mengangguk. kakinya
memang pegal sekali karena dimana-mana
Jakarta selalu macet.
15:30 pm
Borju sudah menunggu selama 10 menit and
Lia belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari
menghampirinya dengan wajah panik.
Borju : “Ada apa pak?”
Orang asing: “Ada seorang perempuan
ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu adalah
temanmu” Borju segera berlari bersama
dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik
matahari siang,tergeletak tubuh Lia
bersimbah darah, masih memegang botol
minumannya.
Borju segera melarikan mobilnya membawa
Lia ke rumah sakit terdekat.
Borju duduk diluar ruang gawat darurat selama
8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh
penyesalan.
23:53 pm
Dokter: “Maaf, tapi kami sudah mencoba
melakukan yang terbaik.
Dia masih bernafas sekarang tapi Yang kuasa
akan segera menjemput.
Kami menemukan surat ini dalam kantung
bajunya.”
Dokter memberikan surat yang terkena
percikan darah kepada Borju dan dia segera
masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat
Lia. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai.
Borju duduk disamping pembaringan Lia dan
menggenggam tangan Lia dengan erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter
merasakan torehan luka yang sangat dalam di
hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah
matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah
ditulis Lia untuknya.
Dear Borju…
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui
bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak
bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan
dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria
yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk
mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya
berharap kita bisa memperpanjang hari-hari
kebersamaan kita. Sama seperti yang
kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di
pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam
hidupku. Aku ingin menjadi kekasihmu
selamanya dan berharap kau juga bisa berada
disisiku seumur hidupku. Borju, aku sangat
sayang padamu.
23:58
Borju: “
Lia, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang
kita lalui baru berjumlah 99 hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati
puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Lia. Jangan
tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian!
Lia, Aku sayang kamu…!”
Jam dinding berdentang 12 kali…. jantung Lia
berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100…
So Guyz.........
Katakan perasaanmu pada orang yang kau
sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan
terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan
meninggalkanmu dan tidak akan pernah
kembali lagi.
True love doesn’t have a happy ending,
because true love never ends….
(senang) (damai ahh)
Labels:
Cerpen
Bila Cinta Berbicara
Bila Cinta Berbicara
Posted by safruddin in Inspirasi.
trackback
Suatu ketika, seorang wanita kelihatan amat sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, dia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama- lamanya.
Atas nasihat orang di desa, ia menemui seorang tua bijak di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada anaknya yang telah mati itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.
Sesampainya disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan anakku?”
Sang Guru tidak berusaha untuk berbalah atau menghalau wanita itu kerana permintaannya yang tidak masuk akal.
Dia cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal “kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan kembali puteramu.”
Selesai mendengar itu, wanita tersebut segera berangkat mencari kemahuan sang guru.
Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba di depan rumah mewah.
“Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,”ucap wanita itu dalam hati.
Setelah mengetuk pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami kesedihan. Inikah tempatnya ?”
Wajah sang wanita masih memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah yang tak kalah sedih.
Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah yang salah.”
Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialami keluarganya . Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga suami dan kedua orangtuanya kerana kemalangan. Si wanita berasa amat kecewa.
Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia berfikir, “Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?”
Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.
Beberapa minggu berlalu, wanita itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.
Note :
Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.
Kita belajar makna cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sekarung padi dan sejag air setelah seharian berpenat-lelah di sawah. Dalam dadanya, tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.
Kerana cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh romantis. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi. Dari cahaya matahari, dari sepasang merpati, dari sujud dan tengadah doa. Dari apapun!
Pada semua kelahiran yang bersambut dengan cinta, hingga kematian dalam cinta, kita dalam hidup ini, tiada lain selain mewujudkan cinta.
Kerana itu, tiada yang boleh kita lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha Agung, Allah SWT.
Apapun keputusan-NYA buat kita, Allah yang berbicara, yang menentukan untung-nasib kita, kerana setiap sesuatu yang menyedihkan itu ada hikmah-Nya
Posted by safruddin in Inspirasi.
trackback
Suatu ketika, seorang wanita kelihatan amat sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, dia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama- lamanya.
Atas nasihat orang di desa, ia menemui seorang tua bijak di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada anaknya yang telah mati itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.
Sesampainya disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan anakku?”
Sang Guru tidak berusaha untuk berbalah atau menghalau wanita itu kerana permintaannya yang tidak masuk akal.
Dia cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal “kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan kembali puteramu.”
Selesai mendengar itu, wanita tersebut segera berangkat mencari kemahuan sang guru.
Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba di depan rumah mewah.
“Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,”ucap wanita itu dalam hati.
Setelah mengetuk pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami kesedihan. Inikah tempatnya ?”
Wajah sang wanita masih memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah yang tak kalah sedih.
Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah yang salah.”
Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialami keluarganya . Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga suami dan kedua orangtuanya kerana kemalangan. Si wanita berasa amat kecewa.
Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia berfikir, “Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?”
Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.
Beberapa minggu berlalu, wanita itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.
Note :
Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.
Kita belajar makna cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sekarung padi dan sejag air setelah seharian berpenat-lelah di sawah. Dalam dadanya, tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.
Kerana cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh romantis. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi. Dari cahaya matahari, dari sepasang merpati, dari sujud dan tengadah doa. Dari apapun!
Pada semua kelahiran yang bersambut dengan cinta, hingga kematian dalam cinta, kita dalam hidup ini, tiada lain selain mewujudkan cinta.
Kerana itu, tiada yang boleh kita lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha Agung, Allah SWT.
Apapun keputusan-NYA buat kita, Allah yang berbicara, yang menentukan untung-nasib kita, kerana setiap sesuatu yang menyedihkan itu ada hikmah-Nya
Labels:
Cerpen
Langganan:
Postingan (Atom)